
Caption Gambar:
JAKARTATODAYNEWS, Jakarta - Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) menyoroti tajam pemberitaan Tempo yang dianggap menyesatkan dan tidak berpijak pada fakta mengenai kinerja Kementerian Pertanian (Kementan).
Koordinator Nasional Gempita, Ir. M. Yasir Kausuku, menilai pemberitaan itu sarat kepentingan dan bertujuan merusak citra Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, yang selama ini dinilai berhasil mengembalikan kepercayaan petani terhadap pemerintah.
“Narasi yang dibangun Tempo tidak objektif dan cenderung menyesatkan publik. Mereka mengabaikan fakta-fakta besar keberhasilan Kementan yang sudah dirasakan langsung oleh jutaan petani,” tegas Yasir dalam keterangannya, Jumat (1/11/2025).
Menurut Yasir, serangan terhadap Kementan kali ini tidak bisa dianggap sebagai kritik membangun. Ia melihat adanya indikasi kepentingan tertentu di balik pemberitaan tersebut, terutama dari kelompok yang merasa terganggu oleh berbagai langkah reformasi di sektor pertanian.
“Saya melihat ini permainan lama para mafia pangan dan kelompok kepentingan yang selama ini hidup dari sistem bobrok. Mereka terusik oleh perubahan yang sedang dijalankan oleh Pak Mentan,” ujarnya.
Kementan Dinilai Hadirkan Perubahan Nyata
Yasir menjelaskan, di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman, berbagai capaian nyata berhasil diwujudkan. Harga gabah kini menembus Rp6.500 per kilogram, yang berarti petani memperoleh keuntungan lebih besar, sementara praktik tengkulak kian tertekan. Pada saat yang sama, harga pupuk turun hingga 20 persen dengan stok yang melimpah dan distribusi yang lancar.
Upaya menekan impor beras juga menunjukkan hasil positif. Produksi dalam negeri meningkat signifikan hingga mencapai 35,6 juta ton berdasarkan data FAO dan 34,6 juta ton versi USDA. Kenaikan produksi tersebut berdampak langsung terhadap peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) yang pada Oktober 2025 tercatat sebesar 124,36, angka tertinggi dalam sejarah pencatatan sektor pertanian di Indonesia.
Kementan juga melakukan langkah tegas membongkar praktik mafia pupuk palsu yang merugikan negara hingga Rp3,2 triliun, serta menindak produsen nakal minyak goreng dan beras premium yang merusak pasar. Di sisi lain, Indonesia menunjukkan solidaritas kemanusiaannya dengan menyalurkan 10 ribu ton beras untuk membantu rakyat Palestina.
Dari sisi tata kelola, Kementan kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), disertai peningkatan skor reformasi birokrasi dan integritas yang signifikan. Bagi Yasir, capaian-capaian tersebut menjadi bukti bahwa kepemimpinan Amran tidak hanya menghasilkan kebijakan di atas kertas, tetapi benar-benar menyentuh kehidupan petani di lapangan.
“Kami, Pemuda Tani Indonesia, berdiri tegak membela Menteri Amran! Beliau bukan hanya bekerja untuk statistik, tapi untuk kesejahteraan petani di sawah dan kebun. Kritik boleh, tapi jangan menebar fitnah dan kebencian,” seru Yasir.
Ia menegaskan, kerja keras Kementan dalam memperjuangkan nasib petani seharusnya diapresiasi, bukan diserang dengan narasi yang tidak berdasar. Karena itu, Gempita mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap bersatu mendukung langkah pemerintah dalam menjaga kedaulatan pangan nasional.
“Kami akan terus bersama petani, bersama Kementan, dan bersama Indonesia. Jangan biarkan mafia lama kembali berkuasa di sektor pangan!” tutup Yasir dengan tegas.







.jpg)







LEAVE A REPLY