Home Peristiwa Hari Sepeda Dunia, Besok Pagi Anies Baswedan Gowes Bareng Bike To Work Indonesia, Ini Lokasinya

Hari Sepeda Dunia, Besok Pagi Anies Baswedan Gowes Bareng Bike To Work Indonesia, Ini Lokasinya

Hari Sepeda Dunia

SHARE
Hari Sepeda Dunia, Besok Pagi Anies Baswedan Gowes Bareng Bike To Work Indonesia, Ini Lokasinya

Caption Gambar: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan gowes sepeda di kawasan Jakarta, Rabu (2/6/2021). (Tangkap Layar Akun Instagram @aniesbaswedan)

Jakartatodaynews.com, JAKARTA - Besok, warga Jakarta memperingati World Bicycle Day atau Hari Sepeda Dunia, Kamis (3/6/2021).

Maka dari itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengajak warganya untuk bersepeda bareng besok pagi.

Ajakan Anies Baswedan bersepeda kepada warganya tersebut, dikabarkannya melalui akun Instagramnya di @aniesbaswedan.

Rencananya, Anies Baswedan akan bersepeda bersama rombongan pesepeda dari Bike To Work Indonesia.

BACA JUGA: Kuasai Jalanan Sudirman-Thamrin, Pemotor Ini Acungkan Jari Tengah ke Kelompok Pesepeda

"Serunya bike to home malam ini, segar diguyur hujan.

Mampir berteduh sekalian “isi bensin” di Seafood Santiga di Fatmawati.

Besok 3 Juni adalah World Bicycle Day atau Hari Sepeda Dunia.

Mari mulai biasakan pakai sepeda untuk kegiatan sehari-hari, ke tempat-tempat yang jarak dekat dulu.

Besok pagi kita juga akan #Bike2Work bersama teman-teman @b2w_indonesia, melewati jalur sepeda terproteksi sepanjang Sudirman-Thamrin menuju kantor masing-masing.

Kalau mau ikut boleh, tapi tetap jaga prokes, jaga jarak/ tidak berkerumun dan patuhi aturan lalu lintas.

#JakartaRamahBersepeda

#WorldBicycleDay

#HariSepedaDunia2021

#bersepedauntuktransportasi" tulis akun Instgram @aniesbaswedan, dikutip Jakartatodaynews.com, pada Rabu (2/6/2021).

Sejarah Tentang Sepeda

Mengutip Wikipedia, sepeda (dari bahasa Prancis: vélocipède /ve.lɔ.si.pɛd/, melalui bahasa Belanda: vélocipède /velosiˈpɛːdə/) atau kereta angin adalah kendaraan beroda dua atau tiga yang mempunyai setang, tempat duduk, dan sepasang pengayuh yang digerakkan kaki untuk menjalankannya.

Seperti ditulis Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Prancis.

Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede.

Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda.

Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi.

Modelnya pun masih sangat "primitif".

Ada yang bilang tanpa pedal tongkat itu (tatocipede) bisa bergerak tetapi bagaimana?

Rick Boneshaker akan menjawabnya.

Katanya "Oh,ini jawabannya. Dua orang harus memutar engkol di sisi kanan dan kiri sepeda "primitif" tersebut dengan pedoman kecepatan mendekati 109 km/jam.

Setelah itu, tatocipede akan bergerak sesuai kecepatan engkol berputar dengan urutan sebagai berikut:

kiri, kanan, berputar, atas, depan, bawah, belakang, barat laut. Tidak sulit kan?"

Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede.

Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya.

Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi.

Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda.

Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.

Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan pedal khusus untuk sepeda.

Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tetapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal.

MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).

Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Prancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil.

Makin sempurna setelah orang Prancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg).

Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.

Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban.

Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan.

Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang.

Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang).

Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer.

Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885.

Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.

Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda.

Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya.

Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati.

Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.

(Jakartatodaynews.com/Wikipedia)