Home Peristiwa Pocong Trending Topik di Twitter, Warganet Soroti Cerita Pocong Ngulek Sambel di Tempat Makan

Pocong Trending Topik di Twitter, Warganet Soroti Cerita Pocong Ngulek Sambel di Tempat Makan

Viral Medsos

SHARE
Pocong Trending Topik di Twitter, Warganet Soroti Cerita Pocong Ngulek Sambel di Tempat Makan

Caption Gambar: Pocong trending topik di Twitter, Senin (7/6/2021). (Sumber: Twitter/@budakinternet)

Jakartatodaynews.com, JAKARTA - Pocong, hantu yang paling terkenal di Indonesia ini jadi perbincangan warganet, Senin (7/6/2021).

Bahkan saat ini, pocong trending topik di Twitter dikarenakan warganet tengah menyoroti sebuah cerita mistis pocong ngulek sambel.

Diketahui, sejumlah warganet mengunggah sebuah cerita mistis singkat mengenai adanya pocong ngulek sambel di tempat makan.

Warganet mengunggah foto cuitan tentang pocong ngulek sambel tersebut dari warganet dengan nama akun Twitter @budakinternet.

"Kemaren temenku cerita ada tempat makan yg rame banget padahal tempatnya jelek, terus temen indigoya dateng ke sana dan liat ada pocong....bukan lagi ngeludah, TAPI LAGI NGULEK SAMBEL:'(((((," cuit akun @budakinternet pada 24 Juni 2019 lalu.

Jakartatodaynews.com memantau trending topik Twitter hingga malam ini, dan saat ini posisi pocong masih teratas di kolom trending topik Twitter.

Jakartatodaynews.com mengutip Wikipedia, pocong adalah sejenis hantu yang berwujud guling.

Di Indonesia, hantu semacam ini dikenal pula sebagai hantu bungkus.

Penggambaran pocong bervariasi.

Dikatakan, pocong memiliki wajah berwarna hijau dengan mata yang kosong.

Penggambaran lain menyatakan, pocong berwajah "rata" dan memiliki lubang mata berongga atau tertutup kapas dengan wajah putih pucat.

Mereka yang percaya akan adanya hantu ini beranggapan, pocong merupakan bentuk "protes" dari si mati yang terlupa dibuka ikatan kafannya sebelum kuburnya ditutup.

Meskipun di film-film pocong sering digambarkan bergerak melompat-lompat, mitos tentang pocong malah menyatakan pocong bergerak melayang-layang.

Hal ini bisa dimaklumi, sebab di film-film pemeran pocong tidak bisa menggerakkan kakinya sehingga berjalannya harus melompat-lompat.

Keadaan ini pula yang menimbulkan suatu pernyataan yang biasa dipakai untuk membedakan pocong asli dan pocong palsu di masyarakat.

Kepercayaan akan adanya hantu pocong hanya berkembang di Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatra.

Walaupun penggambarannya mengikuti tradisi muslim, umat beragama lain pun ternyata dapat mengakui eksistensi hantu ini.

Di berbagai daerah di Indonesia sendiri ada beberapa versi pocong yang terbentuk dari kepercayaan-kepercayaan dalam kehidupan sosial masyarakat.

Salah satunya adalah yang pocong plastik yang konon pernah menggegerkan warga Jakarta.

Cerita tentang pocong plastik ini muncul dari kisah seorang wanita hamil yang dibunuh pacarnya.

Ketika sedang diotopsi dirumah sakit, mayat wanita itu terus mengucurkan darah, sehingga pihak rumah sakit memutuskan untuk membungkusnya dengan plastik.

Warga percaya bahwa kemunculan pocong ini karena arwah dari wanita itu ingin dibukakan ikatan plastik pada jasadnya.

Lain cerita di daerah Sidoarjo, Jawa Timur. Ada versi penggambaran pocong dengan menaiki delman. Penduduk Sidoarjo menyebutnya sebagai "andong pocong".

Kisah yang disebut-sebut dengan cerita misteri hantu pocong andong ini sempat menggegerkan warga daerah Sidoarjo tahun 2007-2008.

Hantu pocong ini telah menghantui warga Sidoarjo hampir setiap malam dengan suara khas gemerincing delman dan suara ketukan pintu dimalam hari.

Menurut warga setempat, asal usul hantu pocong ini adalah karena kematian dua pengantin baru yang tidak direstui dan alami kecelakaan saat menaiki delman.

Ada pula yang mempercayai bahwa hantu ini merupakan perwujudan ilmu gaib.

Pocong sering kali mewarnai cerpen atau roman bertema komedi.

Dalam sinema nasional Indonesia bergenre komedi, pocong bahkan sering kali dihadirkan.

Beberapa bahkan menggunakannya sebagai judul.

Dalam parade ondel-ondel sebelum perayaan Natal di Afrika, umpamanya, wujud pocong kerap diwujudkan, biasanya oleh kelompok masyarakat non-Hindu.

(Jakartatodaynews.com)