Home Bola Bob Paisley, Pelatih Liverpool Dengan Gelar Terbanyak

Bob Paisley, Pelatih Liverpool Dengan Gelar Terbanyak

Liverpool

SHARE
Bob Paisley, Pelatih Liverpool Dengan Gelar Terbanyak

Caption Gambar: Robert "Bob" Paisley saat berpose dengan sejumlah Piala yang dikoleksi Liverpool. Hingga kini, ia merupakan pelatih dengan banyak memberikan gelar kepada Liverpool. Sumber : independent.co.uk

JAKARTATODAY.ID, JAKARTA - Sebagai juru taktik, Robert "Bob" Paisley menjadi salah satu pelatih terbaik di Inggris maupun Dunia.

Bahkan hingga kini jumlah trofi yang dihasilkan pria yang lahir di Sunderland, Inggris kepada Liverpool menjadi yang terbanyak diantara pelatih lainnya. 

Tercatat selama sembilan tahun menukangi Liverpool, Bob Paisley berhasil meraih 20 gelar bergensi dan lebih banyak dari musim melatihnya bersama The Reds pada rentang waktu 26 Agustus 1974 hingga 1 Juli 1983.

Enam gelar Liga Inggris, tiga Piala Liga Inggris dan enam Community Shield menjadi gelar domestik lain yang diberikan Paisley untuk Liverpool.

Sementara di Eropa, Legenda Liverpool mempersembahkan lima gelar dari tiga ajang berbeda. Di antaranya tiga trofi Liga Champions, satu Piala UEFA, dan satu Piala Super Eropa.

Legenda Klub

Tak hanya sebagai pelatih, Bob Paisley juga dikenal sebagai pemain legenda The Reds sejak tahun 1939-1954.

Bahkan melihat sepak terjangnya, ia tercatat hampir setengah abad dirinya mendedikasikan hidupnya bagi Liverpool mulai dari Pemain, Pelatih, hingga staf klub.

BACA JUGA : Catat! Tiga Pelatih Ini Raih Juara Liga Champions Terbanyak

BACA JUGA : Ini Dia Karakter Zodiak Gemini yang Perlu Kamu Tahu

Satu dekade membawa Liverpool sebagai klub paling disegani di Inggris dan Eropa, jalan kepelatihan Bob Paisley tak mulus, terutama saat dipaksa menjadi pelatih Liverpool dari staf klub.

Menggantikan nama Bill Shankly, pelatih Legendaris Liverpool, Bob Paisley sempat kesulitan.

Ia bahkan sempat diolok oleh fans klub yang membandingkan dirinya dengan Shankly yang mampu memberi tiga gelar Liga dan sepasang Piala FA. 

Sempat terseok seok dengan rentetan kekalahan di awal melatih, Bob Paisley mulai melakukan sikap otoriternya kepada klub dan pelatih, salah satunya melarang Shanky datang ke Melwood, tempat latihan Liverpool.

Cara ini untuk membuat anak asuhnya tak kehilangan fokus dengan kehadiran Shanky.

Selain itu, ia berani menjual Larry Llyod yang kala itu menjadi pemain andalan tim.

Bob Paisley beralasan penjualan Llyod karena pemain bermain setengah hati. 

BACA JUGA : Lima Langkah Membuat Ketupat Hari Raya Lebih Enak

BACA JUGA : Enam Kesalahan yang Dilakukan Saat Patah Hati

Kondisi ini sempat memicu perlawanan antara pemain dengan dirinya.

Meski demikian, Paisley tak hilang akal, ia kemudian memilih pemain muda dengan minim pengalaman, namun memiliki komitmen besar dibandingkan pemain senior. 

Taktik 4-4-2

Dengan mengusung taktik 4-4-2, Paisley membuat semua pemainnya wajib memahami skema bermain tim yang kala itu mengandalkan possesion football dengan umpan umpan diagonal mendatar. 

Ia bahkan tak jarang mendamping langsung beberapa pemainnya saat berlatih demi menjaga kesempuraan taktiknya itu.

Beberapa pemain bahkan mendapatkan tutor langsung olehnya. 

Salah satunya Ray Clemence yang merupakan kiper muda saat itu.

Clemence punya kelemahan yang sangat kentara dalam situasi bola mati kerap dimanfaatkan para pemain lawan untuk mencetak gol dan meraih poin.

BACA JUGA : Berencana Bubar, Lagu Konservatif The Adams Tembus 5,7 juta Pendengar

BACA JUGA : Tolak Bubarkan Band Naif, Jarwo Beda Paham Dengan Emil, David, dan Pepeng

Tak ingin kondisi berlarut, Paisley segera memberikan pendampingan latihan kepada Clemence secara rutin.

Cara itu membuat dirinya berhasil meraih gelar Liga Inggris dan Piala UEFA pada musim ke dua menukangi Liverpool. 

Dalam perjalanannya, Paisley mengambil pendekatan taktik yang cukup konservatif.

Permainan menawan bukanlah prioritasnya, starting line up diisi pemain yang piawai mengatur jalannya laga dan tak terpancing jebakan lawan.

Karena itu permainan Liverpool dimasa itu sangat ngotot dengan pemain untuk terus berlari. 

“Ini mungkin tidak baik untuk sepakbola dan mungkin juga tidak menghibur [penonton]. Tapi, untuk memenangkan kejuaraan, Anda harus berkompromi. Kami berkomitmen untuk bermain dengan cara tertentu di Anfield karena penggemar. Jika kami harus bermain dengan cara lain ketika jauh dari Anfield demi mendapatkan gelar juara, maka itulah yang harus terjadi,” katanya. 

Taktik Paisley tak akan berjalan dengan baik bila tak didukung barisan pemain yang kompeten.

BACA JUGA : Perlukah Anak Dibuatkan Akun Media Sosial? Ternyata Ada Pro dan Kontranya, Berikut Penjelasannya

BACA JUGA : Apa Saja Syarat Membawa Vape dalam Penerbangan? Berikut Ini Aturan Lengkapnya

Karena itu selama menukangi The Reds, skuat Paisley merupakan gabungan antara pemain muda dan senior. 

Pemain-pemain macam Grobbelaar, Phil Neal, Mark Lawrensen, Hansen, Alan Kennedy, Sammy Lee, Craig Johnston, Souness, Ronnie Whelan, Dalglish, serta Ian Rush menjadi pilihannya.

Publik sempat meragukan konsistensi Liverpool ketika salah satu pemain kuncinya, si striker ulung Kevin Keegan, memutuskan pindah ke Hamburg pada 1977. 

Akan tetapi, Paisley dengan cekatan langsung mencari pengganti Keegan yang kemudian jatuh pada sosok Kenny Dalgish.

Kini gaya bermain Paisley tak jauh berbeda gaya Jurgen Kloop saat membawa tim ini juara Liga Champion di tahun 2019 dan Juara Liga Inggris di tahun 2020.

(Jakartatodaynews.com)

Video Terkait: