Home Perkotaan Kok Bisa Ya, Warga Petukangan Selatan Menyulap Sampah Jadi Cuan?

Kok Bisa Ya, Warga Petukangan Selatan Menyulap Sampah Jadi Cuan?

Lingkungan Hidup

SHARE
Kok Bisa Ya, Warga Petukangan Selatan Menyulap Sampah Jadi Cuan?

Caption Gambar: Lurah Petukangan Selatan, Wahyudi menunjukan rekening Bank Sampah di Akademi Kompos. Kamis (4/6/2021)

Jakartatodaynews.com, Jakarta - Mendulang emas di sampah mungkin perumpamaan yang jarang di dengar. Tapi percayalah hal itu bisa terjadi loh. Berkat kreatifitas warga Petukangan Selatan, sampah diolah kembali menjadi bahan yang mempunyai nilai jual.

Di Akademi Kompos, Kecamatan Pesanggrahan, warga sudah lama mengubah sampah rumah tangga menjadi lebih bernilai. Sebut saja sisa makanan, kardus, kertas, plastik, hingga pecahan beling bisa menjadi cuan.

Hasil dari pengolahan sampah disulap menjadi pupuk kompos yang bisa bernilai rupiah. Belum lagi pengolahan di lahan milik Pemprov DKI Jakarta itu kini sudah merambah ke sektor perkebunan. Banyak buah dan sayuran yang dihasilkan dan dinikmati warga sekitar.

Nyatanya, Akademi Kompos terus berinovasi. Mereka juga mempunyai lahan untuk budidaya ikan, seperti lele, nila dan ikan mas. Dengan demikian ekonomi warga sekitar bergerak dan sampah terdaur ulang dengan baik.

BACA JUGA : Plt Wali Kota Jaksel : Z-Mart Dorong Ekonomi Warga

Pemilahan secara mandiri itu mampu mengurangi suplai sampah ke tempat penampungan sementara (TPS). Sampah yang bisa di daur ulang banyak disumbangkan warga dengan sistem bank. Setiap kilogram sampah dihargai dan ditimbang sesuai takarannya.

Bahkan, akademi yang berdiri sejak 2013 itu menjadi percontohan oleh berbagai instansi dan lembaga. Camat Pesanggrahan Fadjar Kurniawan menuturkan Akademi Kompos terbukti mengedukasi masyarakat. Dalam perjalanannya memang hanya warga sekitar saja yang merasakan dampaknya.

Namun, Fadjar mengungkapkan kini hampir semua kelurahan di Kecamatan Pesanggrahan belajar pemilahan sampah di Akademi Kompos.

"Efeknya dulu itu hanya disekitar RW 08 Kelurahan Petukangan Selatan saja. Nah karena terus berjalan kegiatan memilah sampah dari rumah tangga masing-masing mulai dilirik oleh wilayah lain,"ungkapnya dilokasi, Jumat (4/6/2021).

BACA JUGA : Sudin LH Jakut Tutup Saluran Pembuangan Limbah Olahan Makanan Laut ke Sodetan Kali Angke

"Salah satu produknya adalah pupuk kompos, harganya komperitif Rp 12ribu satu kantung berisi 3 kilogram pupuk,"ujarnya.

Tidak berhenti sampai disitu, warga sekitar juga memanfaatkan lahan untuk menanam sayuran dengan berbagai teknik. Hidroponik dan minaponik menjadi kegiatan yang bisa diamati setiap hari.

Sementara itu, Artomo selaku Rektor Akademi Kompos menuturkan awal berdirinya akademik dilandasi keprihatinan melihat banyaknya sampah dimana-mana.

"Bermula dari keprihatinan kami melihat sampah dimana-mana. Untuk itu kita berinisiatif untuk mengubah sampah organik menjadi kompos. Secara resmi akademi ini didirkan pada tahun 2013. Namun jauh sebelum itu kami sudah memulai mengubah sampah menjadi kompos,"ujarnya.

Pihaknya juga fokus terhadap perubahan iklim, seperti panas bumi yang selalu meningkat. Menurutnya perubahan harus dibarengi dengan mitigasi yang dilakukan oleh warga.

"Mitigasi yang bisa kita jalani adalah penghijauan. Hal itu dilakukan untuk menyerap CO2 yang akan menjadi gas yang akan mengotori atmosfer,"ujarnya.

(Jakartatodaynews.com)