Home Peristiwa Innalillahi Fakar Fikih Perempuan asal Indonesia Berpulang

Innalillahi Fakar Fikih Perempuan asal Indonesia Berpulang

Pakar Fikih

SHARE
Innalillahi Fakar Fikih Perempuan asal Indonesia Berpulang

Caption Gambar: Penguman meninggalnya Prof Hj Huzaemah Tahido Yanggo. (Foto PBNU)

Jakartatodaynews.com, JAKARTA - Pakar fikih perempuan dan perbandingan mazhab asal Indonesia Prof Hj Huzaemah Tahido Yanggo berpulang ke rahmatullah pada Jumat (23/7/2021) pukul 06.10 WIB di RSUD Banten. 

Pakar perempuan yang juga Dewan Pakar Pimpinan Pusat Muslimat NU itu meninggal dunia pada usia 75 tahun. Prof Hj Huzaemah merupakan sosok perempuan yang aktif di pelbagai macam organisasi dan aktif menulis tentang fikih perempuan kontemporer. 

Kabar duka wafatnya Prof Hj Huzaemah ini disampaikan oleh tokoh NU Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir melalui akun Twitter pribadinya. 

“Kabar duka, Prof Dr Hj Huzaemah Tahido Yanggo wafat dalam usia 74 th karena Covid. Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta," tulis Gus Nadir. 

Sementara, Kepala Asrama Pesantren IIQ Abdur Rosyid menyampaikan, jenazah sedang diurus di rumah sakit. Jenazah akan dishalatkan terlebih dahulu di masjid, asrama Pesantren IIQ, Pamulang, Tangerang Selatan. “Insya Allah nanti disalatkan dulu di masjid IIQ sini. Sekarang jenazah sedang diurus,” katanya.

Dikutip dari laman nu.or.id, semasa hidupnya, Prof Hj Huzaemah juga menjabat sebagai rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, guru besar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atau UIN Jakarta pada jurusan Magister Pengkajian Islam.

Dia juga tercatat sebagai anggota Komisi Fatwa MUI sejak tahun 1987, Dewan Syariah Nasional MUI sejak tahun 2000, dewan pakar Muslimat NU, dan A'wan PBNU. 

Prof Hj Huzaemah juga tercatat sebagai perempuan pertama yang berhasil meraih gelar doktor dengan predikat cumlaude dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir tahun 1981. 

Tidak hanya itu, Prof Hj Huzaemah kerap menyikapi soal perempuan yang dipandangnya harus kuat terhadap dua hal, yakni modern dan tradisional. 

Ia mengartikan bahwa perempuan dalam llingkup modernitas harus mampu merespons perkembangan zaman, namun tetap berpijak pada tradisi.

 

(Jakartatodaynews.com)