Home Nusantara Sebanyak 446 Orang Meninggal saat Isoman di 12 Wilayah Jawa Barat

Sebanyak 446 Orang Meninggal saat Isoman di 12 Wilayah Jawa Barat

Covid-19

SHARE
Sebanyak 446 Orang Meninggal saat Isoman di 12 Wilayah Jawa Barat

Caption Gambar: Ilustrasi Coronavirus. Sumber: Freepik.com

Jakartatodaynews.com, JAKARTA - Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) dan LaporCovid19 mendorong pemerintah mengambil langkah tegas untuk mencegah kematian saat isolasi mandiri atau mencari pelayanan kesehatan selama periode lonjakan kasus Covid-19.

CISDI sebut 446 orang meninggal dunia ketika isolasi mandiri di 12 kabupaten/kota di Jawa Barat dalam rentang 30 Juni-6 Juli 2021.

LaporCovid19 sebut 451 orang meninggal dunia ketika melaksanakan isolasi mandiri berdasarkan temuan laporan aduan, percakapan Twitter, dan pemberitaan online hingga Senin, 12 Juli 2021.

BACA JUGA: Bantu Pasien Isoman, Ini Langkah yang Diambil Ridwan Kamil

Penasihat Senior Urusan Gender dan Pemuda untuk Direktur Jenderal WHO dan Pendiri CISDI, Diah Saminarsih, mengatakan peningkatan kematian ketika isolasi mandiri adalah tanda bahaya robohnya sistem kesehatan nasional.

“Tiadanya kesiapan memperkokoh pilar- pilar penanggulangan krisis kesehatan membuat penanganan pandemi seperti kehilangan arah dan tidak cekatan merespons lonjakan transmisi," kata Diah di dalam keterangan tertulisnya.

BACA JUGA: Bantuan Perusahaan Indonesia dan Singapura, 1.500 Unit Oxygen Concentrators Dikirim dari Tiongkok ke Jakarta

BACA JUGA: LaporCovid: Ratusan Pasien Isolasi Mandiri Meninggal di Rumah

Menurut Diah, layanan kesehatan primer di hulu tidak disiapkan untuk menghadapi beban kerja berlapis.

Hal ini menyebabkan keterbatasan tenaga, keterbatasan fasilitas deteksi kasus dan perawatan, serta alat kesehatan untuk kegawatdaruratan seolah menciptakan kebuntuan dalam penanganan fase kritis saat ini.

"Padahal, semua tantangan tersebut dapat diatasi kalau saja strategi penanganan pandemi khususnya untuk layanan kesehatan primer telah disiapkan sejak pandemi ini mulai 16 bulan yang lalu. Akibatnya pasien terlambat ditemukan, terlambat mendapat pertolongan pertama, terlambat dirujuk," ujar Diah.

(Jakartatodaynews.com)