Caption Gambar:
Jakartatodaynews.com, JAKARTA - Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Sukamta, menyatakan pemerintah harus mengevaluasi kebijakan ekonomi akibat dari kenaikan utang terus-menerus, berbagai kebijakan kenaikan pajak naik, sementara pertumbuhan ekonomi negatif.
Anggota banggar DPR RI mengatakan pemerintah minim inovasi dalam mencari sumber pembiayaan negara. “Utang pemerintah terus meningkat secara jumlah dan ratio terhadap PDB. Sejak tahun 2015 hingga tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19. Bahkan utang menjadi sumber utama pembiayaan pemerintah ketika pandemi Covid-19,” kata Sukamta dalam keterangan tertulis, Rabu, 16 Juni 2021.
BACA JUGA: Kasus Corona Melonjak, Menag Batasi Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah
Sukamta juga menyoroti kenaikan utang dan jumlahnya yang besar ternyata tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Indonesia, kata dia, pada kuartal I-2021 masih resesi dan hanya tumbuh negatif 0,74 persen, meski anggaran pemulihan ekonomi sangat besar.
“Realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 hingga 21 Mei 2021 sebesar Rp 183,98 triliun atau sebesar 26,3 persen dari total pagu anggaran Rp 699 triliun. Namun sebagian besar anggaran dipergunakan untuk membayar utang, belanja konsumtif rutin pemerintah, yaitu pegawai dan barang. Sedangkan belanja modal rendah. Akibatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara tumbuh lambat,” ujar Sukamta.
Selain menambah utang, pemerintah juga terus menaikan berbagai pajak yang potensial menjadi sumber pendapatan negara. Salah satu yang menyita perhatian publik ialah rencana pungutan pajak untuk sembako.
“Rencana pemerintah memajaki sembako membuat rakyat merasa semakin diperas oleh negara. Berbagai sektor dan aktivitas masyarakat kini dipajaki. Namun pada sisi lain, ketika pajak bertambah, namun tidak terjadi peningkatan kesejahteraan dan tidak tersedianya lapangan kerja dari beragam proyek pemerintah. Alhasil rakyat merasa ada ketimpangan ekonomi luar biasa,” tutur dia.
BACA JUGA: Tinjau Stasiun Bogor, Jokowi Ingin Penumpang KRL Diprioritaskan Vaksinasi
Sukamta berpesan, pemerintah harus mencari mekanisme untuk pembiayaan negera sekaligus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa memberatkan rakyat Indonesia.
"Porsi utang yang sudah di atas 30 persen dan tingkat imbal hasil/bunga yang tidak efisien dan memberatkan. Bahkan dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN. Jumlah utang yang terus membesar pada akhirnya rakyat Indonesia yang harus menanggung beban dengan kenaikan dan penambahan jenis pajak. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak memiliki inovasi kebijakan fiskal,” sebut anggota Komisi I DPR RI ini.
BACA JUGA: Kasus Corona Naik, Pakar Kebijakan Publik: Perlu Lockdown Besar-Besaran
Menurut data Menteri Keuangan, utang pemerintah per akhir April 2021 telah mencapai Rp 6.527,29 triliun. Utang melonjak 26 persen atau Rp 1.355 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 5.172,48 triliun. Akibatnya rasio utang pemerintah pun mencapai 41,18 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
(Jakartatodaynews.com)
LEAVE A REPLY