JAKARTATODAYNEWS, Jakarta - Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memuncak dalam beberapa pekan terakhir, memicu kekhawatiran akan eskalasi perang terbuka di kawasan Timur Tengah. Bentrokan bersenjata intensif antara kedua negara telah menimbulkan korban jiwa signifikan, termasuk warga sipil.

Adu Serangan: Ratusan Amunisi dan Drone Dikerahkan

Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Reuters dan Al Jazeera (per 18 Juni 2025):

• Israel telah meluncurkan lebih dari 200 rudal presisi dan drone ke wilayah strategis Iran, termasuk basis militer di Isfahan dan depot logistik di Tabriz.
• Sebagai balasan, Iran meluncurkan sedikitnya 150 rudal balistik jarak menengah serta drone Shahed-136 ke arah kota Haifa, Tel Aviv, dan fasilitas nuklir Israel di Dimona.

Jumlah Korban: Tewas dan Luka Terus Bertambah

Hingga 19 Juni 2025, data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Red Crescent Iran mencatat, korban warga Israel tewas akibat perang yang berlansung selama beberapa hari ke belakang mencapai 176 mereka yang luka-luka sebanyak 525. Sedangkan sebanyak 134 warga Iran turut gugur dalam perang tersebut, 410 diantaranya luka-luka.

Sebagian besar korban merupakan warga sipil yang berada di sekitar area sasaran militer. Serangan balasan yang mengenai pemukiman padat penduduk di Tel Aviv menyebabkan kehancuran besar, termasuk rumah sakit dan sekolah.

Respon Internasional: Kecaman dan Seruan Damai

PBB melalui Sekjen António Guterres menyerukan gencatan senjata segera. “Kedua belah pihak harus menahan diri. Ini bukan hanya konflik dua negara, tapi ancaman serius bagi stabilitas global,” ujar Guterres dalam konferensi pers di New York.

Sementara itu, Amerika Serikat dan Rusia telah menggelar pembicaraan darurat di Dewan Keamanan PBB, namun hingga saat ini belum tercapai konsensus resolusi damai.

Pertempuran Iran-Israel kali ini merupakan eskalasi paling serius dalam dua dekade terakhir. Dengan penggunaan amunisi canggih dan sasaran yang meluas hingga ke kawasan sipil, krisis ini dikhawatirkan dapat menyulut konflik regional yang lebih besar melibatkan kelompok proksi seperti Hizbullah di Lebanon atau Hamas di Gaza.