
Caption Gambar:
JAKARTATODAYNEWS, JAKARTA - Pengusaha bernama Tedy Agustiansjah melaporkan rekan bisnisnya bernama Andy Mulya Halim dan Titin serta Hadi Wahyudi ke Polda Metro Jaya pada awal Januari 2025 lalu.
Hari ini, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya memanggil ketiga terlapor untuk dimintai keterangan klarifikasi. Mereka datang ke Polda Metro Jaya sekira pukul 10.00 WIB dan sempat terjeda untuk makan siang.
Kuasa hukum terlapor, Sujarwo menerangkan, dirinya mendampingi kliennya untuk memenuhi undangan klarifikasi atas kasus dugaan penipuan dan penggelapan.
"Kasus dilaporkan oleh Farlin Marta yang bertindak untuk seseorang atas nama Tedy Agustiansjah," katanya di Polda Metro Jaya, Senin (17/2/2025).
Ia mengaku, semua terlapor hadir dalam undangan klairifikasi karena sebagai warga negara yang baik. Sujarwo menyatakan tadi kliennya baru dicecar sekira delapan pertanyaan oleh penyidik.
Sujarwo memastikan, pihaknya akan memenuhi setiap panggilan dari penyidik Polda Metro Jaya demi mematuhi proses hukum.
Ia pun menegaskan pemeriksaan hari ini kasus dugaan penipuan dan penggelapan. Sehingga tidak ada hubungannya dengan dugaan mafia tanah di Lampung.
"Ini tipu gelap, soal mafia tanah tidak ada agenda khusus untuk hal seperti itu. Yang dimaksud mafia tanah ini saya enggak tahu ya, ini kan pertanyaan titip ya," terangnya.
Sementara itu, Kuasa Hukum Tedy Agustiansjah, Natalia Rusli menyatakan, membenarkan bahwa kasus yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya adalah penipuan dan penggelapan.
Namun, kata dia, jika kasus ini diselidiki dengan seksama, maka akan terbongkar kasus dugaan mafia tanah di Bandar Lampung.
Sebab, tanah milik kliennya yang berencana dibangun restoran bebek tepi sawah terancam diambil. Natalia pun tidak bakal tinggal diam dan bakal membongkar satu persatu."Kami akan bongkar dugaan mafia tanah di Lampung," tutupnya.
Sebagai informasi, kasus ini bermula dari proyek pembangunan cabang Resto Bebek Tepi Sawah yang digagas oleh Titin alias Atin, Komisaris PT Mitra Setia Kirana, bersama menantunya, Andy Mulya Halim. Mereka mengajak Tedy Agustiansjah untuk berinvestasi dalam proyek tersebut.
Namun, proyek ini tiba-tiba mangkrak dan lebih sakit lagi, kontraktor yang kini menggugat Tedy CV Hasta Karya Nusapala ternyata dimiliki oleh Andy sendiri.
Bukan sekadar proyek gagal, kini tanah milik Tedy yang bernilai Rp 48 miliar malah terancam disita, sementara dana Rp16 miliar dari proyek ini lenyap tanpa kejelasan.
“Ini bukan sekadar gugatan wanprestasi, ini skema yang dirancang untuk mengambil alih aset klien kami! Ini bukan bisnis yang gagal, ini perampokan berkedok hukum!” ujar Farlin Marta, kuasa hukum tergugat lainnya.Titin bersama dua orang lainnya sebelumnya telah dilaporkan ke Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada 3 Januari 2025.
Dua orang lain itu bernama Andy Mulya Halim dan Hadi Wahyudi ikut dilaporkan bersama Titin atas dugaan penipuan dan penggelapan uang sebesar Rp 16 miliar.
Uang tersebut diberikan secara bertahap priode 2018 hingga 2020 untuk membuat sebuah restoran bebek di tepi sawah daerah Bandar Lampung.
Restoran itu berdiri di atas tanah milik korban dan ketiga orang tersebut sebagai developer atau pihak pengembang.
"Mereka membuat surat perjanjian dengan Hadi Wahyudi (kontraktor), Surat Perjanjian Kontrak Kerja Nomor: 022-SPK/HKN-19/IV/2019 tanggal 29 April 2019 dan Surat Perjanjian Kontrak Kerja Nomor: 032-1-MEP-SPK/HKN-01/IX/2019 tanggal 10 September 2019," katanya.
Dalam kontrak kerja itu, para terlapor kata Farlin tidak pernah mencantumkan nama maupun tanda tangan korban.
Bahkan, terlapor juga tidak pernah menguraikan atau menjelaskan pembangunan restoran dan club, cafe, office and lounge, private residence di atas tanah milik siapa.
Para terlapor tidak mencantumkan bukti sertifikat hak milik siapa dan diatas tanah seluas berapa, hingga akhirnya baru diketahui bahwa proyek pembangunan tersebut mangkrak.
"Sampai saat ini korban tidak pernah menerima pembayaran maupun cicilan dari pihak terlapor (Titin dan Andy Mulya Halim) atas penggunaan uang sebesar Rp 16 miliar. Kami baru tahu bahwa Hadi Wahyudi (sebagai kontraktor) hanya sebagai figure dan faktanya 50 persen kepemilikan CV Hasta Karya Nusapala adalah milik terlapor (Andy Mulya Halim)," terangnya.
Ia berharap kasus ini bisa segera dituntaskan demi memberikan rasa keadilan kepada kliennya yang merugi hingha belasan miliar rupiah.
LEAVE A REPLY