
Caption Gambar:
JAKARTATODAYNEWS, Jakarta - Di balik wajah tampan dan tubuh atletisnya, Ryan alias Very Idham Henyansyah menyimpan rahasia kelam yang mengguncang publik Indonesia di tahun 2008. Pria kelahiran Jombang ini bukan sekadar pembunuh, tapi seorang predator psikopat yang menghabisi 11 nyawa secara brutal, dan menyimpan sebagian besar mayatnya di halaman rumah ibunya.
Awal Terbongkarnya Neraka di Jombang
Semua berawal dari hilangnya seorang pria bernama Heri Santoso pada bulan Juli 2008. Heri, seorang kenalan Ryan, terakhir terlihat bersamanya di Jakarta. Saat keluarga korban melaporkan ke polisi, penyelidikan pun mengarah ke rumah keluarga Ryan di Desa Jatiwates, Jombang, Jawa Timur.
Apa yang ditemukan polisi di sana lebih menyerupai adegan film horor daripada kenyataan: 8 jasad dalam kondisi membusuk dikubur di taman rumah. Beberapa tubuh dipotong, dikubur dengan barang-barang pribadi mereka, dan satu ditemukan hanya tersisa tengkoraknya.
Motif Cinta dan Dendam
Dalam pengakuannya, Ryan menyebut sebagian besar korban adalah laki-laki yang pernah dekat atau menjalin hubungan emosional dengannya. Salah satunya adalah kekasihnya sendiri yang dianggap berselingkuh. Ryan membunuh dengan cara memukul menggunakan benda tumpul, menusuk, hingga memutilasi.
Satu korban wanita — seorang ibu dan anak — bahkan dibunuh hanya karena dianggap terlalu cerewet dan tahu terlalu banyak. Motif di balik pembunuhan Ryan bukan sekadar seksual, tapi penuh dengan amarah, dendam, dan rasa cemburu.
“Saya hanya ingin mereka hilang. Mereka menyakitiku,” ucap Ryan saat wawancara eksklusif dengan media, mengenakan pakaian tahanan.
Sisi Lain Seorang Ryan
Publik makin dikejutkan ketika Ryan merilis buku biografi berjudul “The Untold Story of Ryan” dari balik penjara, dan bahkan sempat tampil di media dengan bernyanyi dan menari. Di luar sadismenya, Ryan tampak menikmati sorotan media — menampilkan sisi narsistik khas pembunuh berantai.
Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menyebut Ryan sebagai "narsistik patologis dengan kemungkinan psikopatik tinggi". Ia membunuh bukan hanya karena dendam, tapi juga untuk mendominasi dan menghancurkan orang-orang yang ia anggap mengancam egonya.
Proses Hukum dan Vonis
Setelah serangkaian persidangan yang penuh tekanan publik, Pengadilan Negeri Depok menjatuhkan vonis mati kepada Ryan pada 6 April 2009. Ia kini masih mendekam di Lapas Kelas I Batu, Nusakambangan — menanti eksekusi yang belum juga dijalankan hingga kini.
Warisan Horor
Kasus Ryan menjadi salah satu pembunuhan berantai paling mengerikan dalam sejarah kriminal Indonesia modern. Ia dijuluki media sebagai “The Singing Serial Killer”, menggambarkan ironi antara citra publik dan kebengisan pribadi. Bahkan hingga hari ini, cerita Ryan masih menghantui masyarakat Indonesia — mengingatkan bahwa kejahatan bisa tersembunyi di balik wajah rupawan dan senyum ramah.
LEAVE A REPLY