Home Allsports Ginting dan Jonatan Christie Digembleng Tingkatkan Fisik, Stamina, dan Kecepatan

Ginting dan Jonatan Christie Digembleng Tingkatkan Fisik, Stamina, dan Kecepatan

Jelang Olimpiade

SHARE
Ginting dan Jonatan Christie Digembleng Tingkatkan Fisik, Stamina, dan Kecepatan

Caption Gambar: FOKUS: Pebulu tangkis putra PBSI Anthony Sinisuka Ginting saat berlatih di Pelatnas PBSI, Jakarta Timur. (Foto PBSI)

JAKARTATODAY, JAKARTA - Kurang dari dua bulan, Olimpiade Tokyo 2020 segera bergulir. Tim bulu tangkis Indonesia yang meloloskan tujuh wakil ke Olimpiade terus meningkatkan konsistensi penampilannya.

Persiapan terus dikebut, baik secara teknis yang berkaitan dengan pelatihan atlet maupun nonteknis yang bersifat administratif. Tak terkecuali sektor tunggal putra yang memastikan menyertakan dua wakil di Tokyo, yaitu Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.

Kepala pelatih tunggal putra PBSI Hendry Saputra Ho mengungkapkan program persiapan ke Olimpiade sudah berjalan sejak dua bulan lalu.

"Sejak dua bulan lalu hingga hari ini, kami sudah coba fokus untuk peningkatan fisik, stamina, power, strength, dan kecepatan. Semua sudah kami jalankan dan akan terus berjalan sampai kira-kira dua minggu sebelum keberangkatan nanti," ujar Hendry dalam rilis PBSI yang diterima Jakartatodaynews.com, Sabtu (5/6).

"Sejauh ini saya lihat hasilnya cukup bagus dan harusnya on target dengan kondisi yang kami mau. Nanti ketika hari berangkat dan tiba di sana juga sudah dalam keadaan baik, hasil latihan juga sudah baik," lanjutnya.

Hendry mengatakan bahwa ia tidak melihat terlalu banyak kekurangan yang ada pada anak asuhannya. Dia hanya fokus pada peningkatan teknik dan mental di program latihannya ini.

"Sebenarnya kalau kekurangan tidak banyak. Mereka ini sudah berada di level yang sekarang kan sudah lama. Dan saya tahu standar kualitasnya. Hanya ada tingkat yang tidak maksimal, mungkin dari pikiran dan mental dengan kondisi seperti ini akibat jarang bertanding. Jadi kalau saya lihat bagaimana membuat tekniknya bisa lebih safe, lebih konsisten, dan lebih fokus untuk menerapkan pola main yang benar," jelas Hendry.

"Kita ingin tingkatkan di teknik dengan cara mainnya, strateginya, pola pikir, dan juga mentalnya. Untuk mental saya kira itu yang paling penting karena mereka sudah cukup lama tidak bertanding. Makanya nanti seperti rencana PBSI yang akan menggelar simulasi, itu sebuah harapan supaya kita bisa tahu dimana kondisi keadaan mental mereka," kata Hendry.

Tidak bertanding dalam waktu relatif lama diakui Hendry cukup memengaruhi keadaan. Tetapi pelatih berusia 57 tahun itu berusaha menyiasatinya.

"Kami sudah lama tidak bertanding, memang akhirnya kami menyiasati dengan konteks pola latihannya saja. Kami coba disamakan seperti pertandingan nanti. Juga disimulasi, jadi kami bisa lihat kondisi mereka dan dampaknya apa nanti," tutur Hendry.

"Batalnya Malaysia Open dan Singapura Open itu cukup berpengaruh. Bagaimana kondisi fisik dan mental anak-anak sebenarnya sudah siap tempur, tapi akhirnya mau tidak mau harus batal. Itu yang kita cermati untuk persiapan ke Olimpiade ini. Ada dua bulan ke depan, kita harus siap dengan keadaan apapun. Jadi bagaimana kita merancang dan mengatur agar nanti bila sudah tiba di sana kondisinya sudah maksimal," katanya lagi.

PBSI sendiri sudah menyiapkan pertandingan simulasi sebagai ajang pemanasan para atlet yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020 pada 18-19 Juni di Pelatnas Cipayung. Untuk format simulasi akan segera diumumkan.

 

(Jakartatodaynews.com)