Home Allsports PBSI Minta Bantuan Psikolog untuk Dampingi Greysia Polii/Apriyani Rahayu

PBSI Minta Bantuan Psikolog untuk Dampingi Greysia Polii/Apriyani Rahayu

Persiapan menjelang Olimpiade Tokyo

SHARE
PBSI Minta Bantuan Psikolog untuk Dampingi Greysia Polii/Apriyani Rahayu

Caption Gambar: Greysia Polii saat berlatih di Peltanas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur. (Foto PBSI)

Jakartatodaynews.com, JAKARTA -  Pelatih kepala ganda putri PBSI Eng Hian meminta kepada pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu untuk tidak tertekan dan terus menjaga ekspektasi menuju Olimpiade Tokyo 2020.

"Untuk sisi fisik mereka sudah siap, tetapi ini kan turnamen besar di olahraga bukan hanya bulutangkis dan digelar pun hanya empat tahun sekali. Jadi saya menaruh perhatian lebih pada masalah nonteknisnya," ujar Eng Hian yang akrab disapa Didi ini dalam rilis PBSI.

"Intinya saya harus bisa menjaga mereka tidak berada di bawah tekanan atau terlalu berekspektasi tinggi, saya buat serileks mungkin seperti turnamen biasa saja," lanjutnya.

Didi mengatakan bahwa ia juga meminta bantuan tim psikolog di PBSI untuk mendampingi Greysia/Apriyani sejak saat ini hingga hari pertandingan tiba.

"Saya juga meminta bantuan psikolog untuk membuat program serta mendampingi Greys/Apri, agar kondisi mental mereka tetap bagus dan terjaga. Juga agar mereka selalu bisa mengikis ketegangan saat pertandingan di lapangan atau saat di luar lapangan," ujar peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 bersama Flandy Limpele itu.

"Saya pernah merasakan bagaimana tegangnya bermain di Olimpiade. Tegangnya bukan hanya di lapangan tapi kadang sebelum tidur juga ada rasa tegang dan kalau tidak bisa mengatasinya bisa merugikan. Itu yang saya tidak mau terjadi pada mereka, terutama Apri yang baru kali ini turun di Olimpiade," lanjutnya.

Greysia/Apriyani yang saat ini berada di peringkat enam dunia dipastikan turun di Olimpiade tanpa turnamen pemanasan. Turnamen terakhir yang diikuti mereka adalah Yonex Thailand Terbuka dan Toyota Thailand Terbuka, Januari lalu.

Di All England, Greysia/Apriyani gagal tanding karena seluruh tim Indonesia dipaksa mundur kala itu. Sementara Malaysia dan Singapura Terbuka yang rencananya menjadi turnamen antara sebelum ke Tokyo juga batal digelar karena pandemi Covid-19 yang kembali mengganas.

"Pasti ada pengaruhnya pembatalan turnamen-turnamen itu, terutama untuk kondisi mentalnya. Sebagai atlet kan butuh suasana kompetisi untuk mencoba hasil latihan. Begitu juga pelatih, untuk bisa menilai hasil latihan ini efektif atau tidak. Tetapi nyatanya tidak ada ajang untuk melakukan itu," kata Didi.

"Selain itu, kami akhirnya tidak bisa terlalu membaca kekuatan lawan. Tapi berdasarkan hasil turnamen sebelumnya, tanpa mengecilkan negara lain, saya masih melihat persaingan tetap akan dari Jepang, China, dan Korea," ucap Didi.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Didi sudah menyiapkan menu latihan tidak biasa bagi Greysia/Apriyani. Mereka akan menggelar sparring dengan melawan tim ganda putra.

"Jadi persiapan untuk Greys/Apri dari dua minggu lalu saya masih fokus ke peningkatan strength dan endurance. Fokus stabilisasi daya tahan, konsistensinya untuk bermain dengan durasi yang lebih lama. Dua minggu ke depan baru nanti akan ada perubahan ke pola pergerakan dan spsesifik akurasi. Kira-kira tiga minggu sebelum hari-H baru fokus ke strategi dan kompetisi," jelas Didi.

"Saya juga sudah menyiapkan menu sparring dengan ganda putra untuk menambah kecepatan dan kekuatan mereka," tambhanya.

 

Sumber: PBSI

(Jakartatodaynews.com)